Apa yang gue takutkan selama ini akhirnya terjadi juga.
Dari SD sampai SMU gue berada di lingkungan main yang sama, di mana akhirnya gue mempunyai sekelompok teman dekat (gabungan co dan ce).
Fast forward ke setahun lalu, salah satu teman dekat gue itu..Name him 'K' came forward about his feeling toward me.
Fast forward again to 2 months ago, I finally explicitly told him that I couldn't find myself feeling more than friends.
I didn't give him any detail explanation, for I thought nothing I said would ease the pain..I just basically told him that at that moment I needed to focus on me and my family. *Well, it will be a long story to be told here*
Anyway, at that time I tried to discuss with him about "what if salah satu teman main kita ada yang ngajak pergi?"
Kondisi nya itu adalah: 'initiator' pegi2 di kelompok main gue ga tau keadaan antara gue dan dia. Gue pribadi memutuskan untuk ga cerita dulu sampe gue punya solusi.
Solusi untuk apa?
Ok..Mr. K told me that it would be hard for him to see me.
Dan pada saat itu, yang bisa gue lakukan cuman menawarkan ke dia alternatif:
"Kalo emang loe mau pergi dan loe ga mau ketemu gue, bilang aja ke gue"
*di benak gue itu..yaa kalo emank dia mau pegi..dia iya-in aja ke yang ngajak. Gue pasti ga ikut. Toh tiap gue diajak pegi, gue jarang langsung iya-in..*
Dan dia cuman bilank "yaa we'll see"
Fast forward to 3 days ago..I was on msn with one of my old friend, dan dia nanya;
"I know this kinda personal, tapi is there anything happening between you and Mr. K? I was chatting with him the other day and ask him to go out, and he told me that he wouldn't go if you came along."
Gue ga bisa berkata apa2..Here's the thing:
1. Dengan dia ngomong gitu, secara ga langsung bakal ada pihak2 tertentu yang merasa terpojok. Kasarnya itu: 'Loe pilih lah mo pegi sama sapa. Kalo mo ada icha, ya udah ajak aja icha. Kalo mo sama gue, ya udah jangan ajak icha'
2. Masalah yang seharusnya diselesaikan antara gue dan dia, malah dia bawa2 ke hadapan yang laen dan ditinggal begitu saja. I mean, gue selama ini dah ngalah. Begitu diajak pegi, gue prefer buat ga ikut supaya dia bisa ikut. Semua itu gue lakukan karena gue sampai saat ini ga mempunyai solusi yang lebih baik dari itu. Gue ga mau yang laen malah jadi bingung gara2 ini..
Tadi ada temen gue yang telpon..
XX: "Cha, Car di MM jam 7 ikut yaaa"
Me: "Hooo..bo.."
XX: "Omg..chaa sorry...Maksud gue..besok midnite superman returns yachh..Sorry cha, Mr. K ikut yang di MM nanti"
Me: "Ooohh..it's fine it's fine..Gue dah janji nonton superman sama temen gueee hehe next timeee yachhhh.."
Gue akhirnya kemaren specifically request ke 'initiator' pegi2 itu..kalo untuk sementara *sampe gue bisa come up with better idea* gue ga ikut dulu kalo ada acara, biar lebih gampang atur nya.
Gue rela koq untuk semua itu..Tapi still, deep down it hurts so much.
Dari SD sampai SMU gue berada di lingkungan main yang sama, di mana akhirnya gue mempunyai sekelompok teman dekat (gabungan co dan ce).
Fast forward ke setahun lalu, salah satu teman dekat gue itu..Name him 'K' came forward about his feeling toward me.
Fast forward again to 2 months ago, I finally explicitly told him that I couldn't find myself feeling more than friends.
I didn't give him any detail explanation, for I thought nothing I said would ease the pain..I just basically told him that at that moment I needed to focus on me and my family. *Well, it will be a long story to be told here*
Anyway, at that time I tried to discuss with him about "what if salah satu teman main kita ada yang ngajak pergi?"
Kondisi nya itu adalah: 'initiator' pegi2 di kelompok main gue ga tau keadaan antara gue dan dia. Gue pribadi memutuskan untuk ga cerita dulu sampe gue punya solusi.
Solusi untuk apa?
Ok..Mr. K told me that it would be hard for him to see me.
Dan pada saat itu, yang bisa gue lakukan cuman menawarkan ke dia alternatif:
"Kalo emang loe mau pergi dan loe ga mau ketemu gue, bilang aja ke gue"
*di benak gue itu..yaa kalo emank dia mau pegi..dia iya-in aja ke yang ngajak. Gue pasti ga ikut. Toh tiap gue diajak pegi, gue jarang langsung iya-in..*
Dan dia cuman bilank "yaa we'll see"
Fast forward to 3 days ago..I was on msn with one of my old friend, dan dia nanya;
"I know this kinda personal, tapi is there anything happening between you and Mr. K? I was chatting with him the other day and ask him to go out, and he told me that he wouldn't go if you came along."
Gue ga bisa berkata apa2..Here's the thing:
1. Dengan dia ngomong gitu, secara ga langsung bakal ada pihak2 tertentu yang merasa terpojok. Kasarnya itu: 'Loe pilih lah mo pegi sama sapa. Kalo mo ada icha, ya udah ajak aja icha. Kalo mo sama gue, ya udah jangan ajak icha'
2. Masalah yang seharusnya diselesaikan antara gue dan dia, malah dia bawa2 ke hadapan yang laen dan ditinggal begitu saja. I mean, gue selama ini dah ngalah. Begitu diajak pegi, gue prefer buat ga ikut supaya dia bisa ikut. Semua itu gue lakukan karena gue sampai saat ini ga mempunyai solusi yang lebih baik dari itu. Gue ga mau yang laen malah jadi bingung gara2 ini..
Tadi ada temen gue yang telpon..
XX: "Cha, Car di MM jam 7 ikut yaaa"
Me: "Hooo..bo.."
XX: "Omg..chaa sorry...Maksud gue..besok midnite superman returns yachh..Sorry cha, Mr. K ikut yang di MM nanti"
Me: "Ooohh..it's fine it's fine..Gue dah janji nonton superman sama temen gueee hehe next timeee yachhhh.."
Gue akhirnya kemaren specifically request ke 'initiator' pegi2 itu..kalo untuk sementara *sampe gue bisa come up with better idea* gue ga ikut dulu kalo ada acara, biar lebih gampang atur nya.
Gue rela koq untuk semua itu..Tapi still, deep down it hurts so much.